Friday, May 31, 2013

Butuh "Me Time"

Tiga minggu berlalu, sejak saya melahirkan Kauri. Rasanya? Jangan ditanya. Badan ini rasanya kayak digebukin. Butuh pijat, krimbat, nonton, asupan MSG, kue-kue, cowok ganteng (halah). Belum lagi, anak pertama saya sakit. Dokter minta stop konsumsi susu dan produk turunannya selama dua minggu. Jadi, saya yang hobi jajan ini juga bingung mau makan apa. Soalnya kasihan kan, kalau saya ngemil martabak manis, anak saya cuma bengong ngeliatin. Sudah pusing dengan rutinitas baru, tambah lagi pusing ga bisa makan makanan yang saya mau. Perpaduan lapar sama kurang tidur = mau makan orang. Saya mudah marah, sensitif, gampang nangis. Duh, padahal saya nih menyusui ekslusif (Insya Allah). Katanya kan, kalau ibu sedih anak juga ikut sedih. Jadinya, saya bilang ke pasangan: beliin sansak deh. Atau boneka kelinci kayak punya ibunya Nene di kartun Sinchan. 

Pasangan pun bilang: merah ASI lagi sana. Jadi kalau mau pergi nonton atau nge-mall, Kauri bisa ditinggal. Omoo, saya malas. Jadi, dari kemarin alasan terus: belum beli botol buat nampung ASI, hohoho. Soalnya kalau merah, mesti usaha ekstra ya. Ingat jaman dulu masih kerja. Niat banget kasih ASI ke Chaska. Dan selalu kejar tayang. ASI yang diperah hari ini untuk konsumsi besok. Dan ternyata emang kalau niat pasti bisa. 

Kalau dipikir-dipikir, saya memang butuh "me time" sih. Rasanya sumuk terkurung di kubus batu bata ini. Oh niat dan tekad yang bulat, dimana dirimu?

Wednesday, May 15, 2013

O Baby Blues

Seminggu yang lalu, saya melahirkan anak kedua. Bayi perempuan, sehat dan cantik. Bahagia, sudah pasti. Sekarang pun masih bahagia yang diselingi perasaan ga karuan. Karena pernah punya pengalaman sebelumnya, saya menduga perasaan campur aduk ini mungkin baby blues. Tiba-tiba, tanpa alasan jelas, mewek sendirian di siang bolong. Padahal anak-anak sudah lelap. Keadaan tenang. Rumah (lumayan) rapi. Setrikaan sudah beres. Ya apa tho, nangis ga jelas begitu. Saya merasa kesepian. Maunya saya, suami ada di rumah, ga perlu kerja. Ya di rumah aja, ga perlu bantu ini itu. Wong, emang biasanya juga jarang bantu beberes rumah. Tapi, ga mungkin juga kalau suami di rumah. Beliau kan tulang punggung keluarga. Dan saya sebal dengan keadaan ini. Ga kerja, ga ada pemasukan dong. Mau dikasih makan apa anak-anak nantinya. Hadeu, jadi ngelantur kesana kesini. Semoga si baby blues ini datangnya sebentar aja, ya. Aamiin

Tuesday, January 8, 2013

(Akan) 23 Minggu

Yaa, akhirnya saya hamil lagi. Tulisan ini telat sekali ya, hehehe. Mestinya saya menuliskannya sekitar 19 minggu yang lalu. Kita kilas balik saja ya.

Duluu sekali, waktu hamil anak pertama, saya terpikir untuk punya anak lagi kalau Chaska sudah berumur minimal dua tahun. Ternyata punya anak satu itu luarrrr biasa. Saya pun berpikir ulang untuk punya anak lagi. Lain dengan suami yang ingin punya anak banyak. Nah, tahun keempat setelah melahirkan Chaska, saya mulai goyah. Saya ragu dan bingung: apa saya mesti punya anak lagi? Setelah ngobrol sana sini dengan suami, teman dan saudara serta bolak balik minta petunjuk Allah SWT, akhirnya saya menutuskan: oke, saya akan jalani ini. Sekedar informasi, saya dilarang ber-KB oleh suami. Jadi yaa, suami lah yang memakai pengaman. Tiga-empat bulan kemudian, saya iseng tes kehamilan dengan test pack. Padahal, saya baru telat satu minggu. Eh, garisnya dua lho. Besoknya saya langsung ke dokter kandungan. Dan ternyata memang positif. O ya sudah, jalani saja. 

Kehamilan kedua ini, agak beda ya dengan yang pertama. Pada kehamilan pertama, empat bulan pertama saya sering muntah. Yang kedua ini cuma sekali, waktu saya pergi ke Surabaya naik pesawat. Kehamilan kedua ini justru saya makaaaaan mulu. Yah, wajar saja kalau timbangan melonjak. Meskipun kata teman, saya ngga kelihatan gemuk. Iya, tapi timbangan kan ngga mungkin ngga jujur. Dulu waktu hamil Chaska, usia kandungan 9 bulan, berat saya mentok di 65 kg. Sekarang, terakhir menimbang waktu kandungan usia 5 bulan, berat saya sudah mencapai 63,4 kg. Langkah semakin berat deh. 

O ia, perkiraan lahirnya sekitar awal April. Terakhir kontrol, DSOG-nya bilang kemungkinan perempuan. Ya, apapun jenis kelaminnya, yang penting sehat. Meskipun, pengen juga sih perempuan, hahahaha. 


Monday, October 8, 2012

Slot Waktu Chaska

Posted on Multiply, July 7, 2012 5:57 PM

Anak ngga mau berhenti bermain? Sulit disuruh tidur siang. Atau susah disuruh mandi? Yup. Saya juga mengalaminya kok. Mulai dari cara baik-baik sampai ngga baik pernah saya lakukan. Contoh cara ngga baik, tinggal seret Chaska ke kamar mandi, byur byur selesai. Tapi, cara ini ga bisa terus dilakukan dong. Yang ada, Chaska malah tantrum. Akhirnya, tercetuslah ide, lupa sih siapa yang mulai cara ini. Tapi, sejauh ini lumayan berhasil. Kami, saya dan pasangan, mengenalkan konsep waktu ke Chaska. Ngga perlu penjelasan njelimet, Chaska juga belum paham kok. Yang kami lakukan adalah memberi tenggat waktu ke Chaska. Misalkan sudah waktunya mandi, sedangkan Chaska masih asyik main, saya akan bilang, "Aka, 10 menit lagi mandi, ya!" Biasanya, Chaska akan menjawab iya. Lima menit kemudian, saya akan mengingatkan lagi, "Aka lima menit lagi mandi, ya!" Terus begitu sampai tiba waktunya mandi. Selama rentang waktu itu, saya ngga memberlakukan waktu sebenarnya. Bisa saja, waktu 10 menit itu sebenarnya makan waktu 15 menit. Yang mau kami tanamkan ke anak adalah ada slot waktu untuk semua kegiatannya.

Seperti tadi siang, sewaktu Chaska bermain di arena main anak di pusat perbelanjaan, saya biarkan selama setengah jam. Setengah jam berikutnya, saya mulai mengingatkan Chaska. Setiap 10 menit, terus saya ingatkan mengenai waktu bermainnya. Lima menit sebelum tenggat, Chaska sendiri yang minta pulang. Alhamdulillah, anak lebih mudah diatur. Menurut saya, ini win win solution sih. Anak puas bermain, saya pun ngga perlu lama menunggu dan perang mulut dengan Chaska. 

Utang Piutang VS Integritas

Posted on Multiply, June 20, 2012 6:35 AM

Ritual saya tiap pagi adalah memeluk pasangan. Termasuk pagi ini. Pada saat itulah, pasangan bilang begini: 
"Yo, kita ikhlasin aja utang orang-orang itu, ya?" 
"Kenapa?" tanya saya. 
"Ya, biar kita ga usah mikirin lagi. Biarin aja."
"Bukan soal uangnya, Tang. Kita udah dapet gantinya berkali-kali lipat. Ini masalah janji, integritas. Mereka yang buat janjinya, mereka juga yang melanggar."

Salah satu pengutang adalah sahabat baiiiik saya sewaktu SMA. Dia pinjam uang beberapa kali. Kalau tidak salah, dia pinjam untuk pacarnya (atau gebetannya?). Awal-awalnya masih dikembalikan. Nah, pinjaman yang terakhir ini, sampai sekarang tidak pernah dikembalikan. Pada saat itu, jumlah segitu besar sekali. Dan, saya benar-benar butuh uangnya untuk menambah biaya nikah. Ada aja alasannya kalau ditagih. Yang lebih parah lagi, dia berjanji membuatkan saya kebaya untuk akad nikah. Saya sudah bilang ke dia kalau tidak perlu sampai membuatkan kebaya karena saya tahu dia sibuk. FYI, dia itu perancang busana. Kalau dia memang niat membuatkan kebaya, kenapa dia ngga pernah menghubungi saya untuk mengukur badan, misalnya. Pada saat itu, sedihnya minta ampun. Sampai sekarang masih sedih sih. Ngga bisa move on, ya? Sebab, dia PERNAH jadi orang terdekat saya waktu masa-masa sulit. 

Saya bilang ke pasangan: Integritas itu mahal. Dia sudah buat janji ke orang lain, otomatis dia buat janji untuk diri sendiri. Lagipula, kalau mereka meninggal duluan, apa ngga ditanyain tuh sama malaikat. Soalnya saya belum ikhlas nih. Sekali lagi ya, ini bukan soal uangnya. Tapi, janji yang mereka buat.