Tuesday, August 7, 2012

Dan Kontraksi Pun Dimulai

Posted on Multiply, Apr 3, 2008 4:44 PM

13 Maret 2008, pukul 20.00 WIB : Lagi-lagi saya merasakan kontraksi. Memang beberapa hari terakhir, saya mulai kontraksi, tapi palsu. Kontraksi yang ini pun saya abaikan. Setengah sebelas, saya merasakan kontraksi lagi. Setelah semenit, kontraksi berhenti. Lima menit kemudian, saya merasakan kontraksi. Dan terus seperti itu sampai keesokan harinya. Otomatis saya tidak tidur semalaman. Akhirnya saya, pasangan dan mertua memutuskan berangkat ke bidan. Taksi pun dipanggil. Sialnya, karena kami berangkat bersamaan dengan penglaju, kami pun terjebak macet.
Tambahan si sopir tidak tahu waktu. Di saat kami sedang cemas, sepanjang jalan dia bercerita tentang betapa malang hidupnya dan keluarganya . Belum lagi cara dia menyetir yang membuat saya bergoyang-goyang bak penari perut. Bukan, bukan ngebut. Mobilnya memang bergoyang-goyang ke kanan kiri. 
Akhirnya, setelah ocehan dan kemacetan yang panjang dan lama, kami sampai di bidan yang juga uwak pasangan. Jam menunjukkan 08.10 WIB. Beliaupun memeriksa saya. "Sudah dekat" katanya. Saya pun disuruh berganti, dari pakaian ke kain. Lalu berbaring di kasur, menunggu. Rasa sakit semakin menjadi. Saya disuruh mengatur napas dan mengejan kalau ada perasaan ingin buang air besar. Saya tidak ingat mengejan berapa kali. Yang saya ingat rasanya ingin marah karena kok bayinya tidak keluar-keluar. Akhirnya setengah sembilan lewat sepuluh buah hati kami lahir. Saya bersyukur karena prosesnya tidak lama. 
Proses berikutnya yang justru menyakitkan. Saya harus dijahit! Sampai sekarang saya tidak tahu mendapat berapa jahitan. Tapi saya ingat betul rasanya. Lebih sakit daripada melahirkan. Sampai-sampai saya berpikir, saya tidak mau hamil lagi karena tidak ingin dijahit. 
Bukan hanya itu, saya kena baby blues. Lebih jauh, rasanya saya kena postnatal disorder. Untuk hal ini lain kali saja ceritanya. 

  

No comments:

Post a Comment