Tuesday, August 7, 2012

Korek Telinga

Posted on Multiply, Jun 25, 2008 12:15 PM

Setelah menderita selama empat hari, pasangan akhirnya mau juga periksa ke dokter THT. Ya, telinga sebelah kanan pasangan bengkak. Untuk membuka mulut lebar-lebar saja kesakitan. Saya pun cemas. Saya terus-terusan mendesak pasangan untuk periksa ke dokter THT. Awalnya pasangan menolak karena alasan biaya. Akhirnya, pasangan menyerah juga. Begini kira-kira percakapan kami dan dokter ybs pada Kamis minggu lalu:

Dokter: "Ada yang bisa dibantu?"

Pasangan: "Begini, dok. Saya ceritain kronologisnya. Hari Selasa, saya ngebersihintelinga pakai cotton bud. Trus malemnya saya makan es krim. Ga lama, telinga saya kokberasa sakit."

Dokter: "Iya, itu telinga kamu meradang. Itu karena mengoreknya terlalu dalam."

Kami manggut-manggut.

Dokter: "Cotton bud itu sebenarnya ga disaranin. Sebab kalau pakai cotton bud, dia tidak membersihkan. Justru mendorong kotoran ke bagian dalam telinga "

Pasangan: "Jadi, bersihinnya gimana dok?"

Dokter: "Ga usah dibersihin."

Kami: "Kok?"

Dokter: "Sebenarnya, telinga itu punya mekanisme sendiri untuk ngebersihintelinga. Jadi ga dibersihin pun ga papa. Setiap orang, setiap telinga, kanan kiri, tidak sama. Begitu juga kotorannya. Ada yang keras. Ada juga yang encer, . Kalau memang mau dibersihkan, ke dokter THT tiga bulan sekali. Cotton bud memang murah. Tapi coba kamu hitung. Kalau sudah meradang begini. Biaya ke dokter mahal kan?"

Saya: "Iyayadok. Trus, kalau telinga saya gatel, bagaimana?"

Dokter tersenyum.

Dokter: "Itu karena mengorek telinga dijadikan kebiasaan. Jadi, setiap kali kita mengorek, ada penipisan (duh, saya malah lupa bagian yang ini, ) di telinga bagian dalam. Gatelitu karena kita yang buat. Bukan dari telinganya."

Pasangan: "Trus, kok bisa ada pabrik cotton bud ya?"

Dokter: "Sama saja kamu bertanya, kok bisa ada pabrik rokok? Mengorek telinga itu dijadikan candu. Rasanya enak kan kalau lagi mengorek telinga?"

Saya: "Iya sih dok," sambil mesam mesem

Telinga bagian dalam pasangan pun diperiksa. Saya dipersilahkan ikut melihat. Saya seolah-olah melihat ke dalam pipa. Kata dokter tersebut, telinga yang normal seharusnya berbentuk lingkaran. Sedangkan telinga pasangan berbentuk pipih. Ada peradangan di bagian tersebut. Kotoran telinga tidak bisa dikeluarkan sebelum radangnya disembuhkan. 
Lalu, telinga sebelah kiri diperiksa oleh dokter. Kotoran telinga pasangan pun dibersihkan oleh dokter. Selama proses pembersihan, pasangan batuk-batuk. Dokter membatalkan pembersihan karena telinga pasangan sensitif. Tapi, pasangan keukeuh, minta dibersihkan. Hasilnya: kotoran yang besar dan hitam, .

Saya: "Kok, bisa hitam begitu, dok?"

Dokter: "Jadi, kotoran telinga itu berwarna kuning muda. Ditumpul-tumpuk, jadi kuning tua. Ditumpuk-tumpuk, jadi kecokelatan. Ditumpuk-tumpuk, jadi hitam."

Saya manggut-manggut lagi. 

Setelah puas bertanya-tanya, kami menebus obat dan pulang. Perlahan, radang di telinga suami mulai sembuh. Hingga kini, baik saya dan pasangan belum membersihkan telinga,lho. Padahal, rasanya sudah gatal. Kalau ada uang lebih, saya mau bawa keluarga untuk membersihkan telinga ke dokter THT.

No comments:

Post a Comment