Tuesday, August 7, 2012

Menikah

Posted on Multiply, March, 29 2007, 12.01 PM


Malam sebelum hari pernikahan, saya sibuk mengingat dan mendaftar nama. Nama-nama tersebut nantinya akan saya berikan ke si fotografer-yang kebetulan teman kami berdua. Lalu saya ingat kalau saya belum membuat draft taklimat untuk ayah saya. Saya pun membatin, apa perlunya kalimat-kalimat itu. Toh, ayah saya tidak merawat dan memelihara saya. Karena dunia ini perlu keseragaman, maka saya buatlah kalimat-kalimat itu:

           "Papa, Yolan berterimakasih atas sedikit dari banyak waktu yang telah papa berikan. Sebab Yolan tahu, Yolan tidak berkuasa atas waktu papa. Yolan mohon maaf atas semua kesalahan yang telah Yolan lakukan. Yolan tidak akan bilang pamit atau izin menempuh hidup baru. Sebab meskipun terpisah-pisah, kita tetap keluarga."

            Entah karena unsur narsistik dalam diri saya, atau karena kalimat tersebut ditulis dengan hati yang meradang, saya menangis. 
            Saya pun beranjak ke tempat tidur. Penunjuk waktu di handphone saya menunjukkan pukul 10 malam. Saya tidak bisa tidur. Padahal saya harus tidur cukup agar mata saya tidak sembab besok. Saya tidak bisa tidur bukan karena cemas akan pernikahan saya besok. Saya ketakutan. Iya, jendela di kamar saya tidak ada gorden-nya!! Jendela tersebut hanya dipasang vitrage. Sepanjang malam saya hanya memandangi bunga-bunga di kamar saya.
              Saya tidak tahu pukul berapa saya mulai terlelap. Rasanya belum cukup lama ketika saya mendengar suara ketukan di pintu. Saya pun terbangun. Saya lihat handphone saya. Pukul 4 pagi. Saya harus bersiap-siap karena penata rias akan datang pukul 5. Setelah mengintip pelaminan yang baru didekor semalam, saya pun mandi. 
              Penata rias terlambat setengah jam. Dengan sedikit terburu-buru, wajah saya segera di'tambal sulam'. Butuh waktu dua jam untuk memoles wajah, jilbab, dan baju pengantin.
            Setelah melihat hasilnya, saya kurang puas. Karena sejujurnya saya tidak suka dengan kebaya pengantinnya yang melebar di bagian tangan. Saya merasa seperti penyanyi dangdut. Meskipun kata teman-teman itu hanya perasaan saya saja.
            Pernikahan saya yang mestinya dimulai pukul setengah sembilan lewat dari jadwal. Karena penghulu yang semestinya mengurus pernikahan saya tidak bisa datang. Beliau harus mengurus kegiatan MTQ. Berhubung beliau ketua KUA, mau tidak mau penghulu dialihkan ke orang lain. Akhirnya satu jam kemudian, kalimat sakral tersebut diucapkan oleh Etang, yang sekarang sudah menjadi suami saya. Alhamdulillah..Setelah lebih dari empat tahun berpacaran, kami menikah disaksikan orang tua, saudara dan teman-teman.

No comments:

Post a Comment