Di suatu pagi yang kelabu, mertua memasuki kamar saya.
"Yo, dua minggu lagi ngelahirin ya,"diucapkan dengan muka berseri-seri.
"Hmm..,"gumam saya.
"Nanti kalo Yo mules pas ngelahirin, Mama ga bisa apa-apa. Paling usep-usep perut Yo doang,"kata mertua.
Saya cuma mesam mesem.
"Yah, nanti nikmatinnya aja sakitnya. Pokoknya mulesnya nikmat deh,"kata mertua dengan santainya.
Sontak, saya yang sedang asyik tiduran diliputi perasaan paranoid.
"Duh, mama,"gerutu saya.
"Iya, pokoknya nikmaaaatt.."
Buseet, batin saya.
"Itu sebabnya, orang tua suka marah kalo anaknya ngelawan,"ujar mertua.
Saya mesam mesem lagi. Mertua pun mengakhiri percakapan begitu keluar dari kamar.
Oke, pikir saya. Kalimat mertua yang terakhir itu membuat saya semakin paranoid. Saya pun bercerita ke pasangan percakapan singkat itu.
Saya bilang begini, "Tang, Yo tau. Yo pasti akan punya masalah sama anak(-anak) kita. Dan Yo mau, kalo bisa "itu" ga Yo jadiin alasan."
Jadi begini, mentang-mentang saya yang mengandung dan melahirkan, saya berhak memperlakukan anak seenaknya. Saya sangat tidak ingin itu terjadi.
Semoga saya dan pasangan mampu berlaku adil dan bijaksana ke anak(-anak) kami kelak. Amiin.
No comments:
Post a Comment